Sabtu, 29 Oktober 2016

Cerita dari si Jenang!

Selamat pagi semuanya!
Apa kabar kalian? Semoga hari-hari kalian menyenangkan ya.

Kali ini saya akan menceritakan tentang makanan andalan dari Kudus, yaitu Jenang.
Ada yang pernah mencicipi Jenang? Atau bahkan baru mengetahuinya sekarang?
Kalau begitu, mari disimak cerita dari si Jenang ini ya.

Jenang (sumber gambar: arumsekartaji.wordpress.com)
Kota Kudus merupakan salah satu kota yang terletak di bagian utara Jawa Tengah. Kota Kudus mempunyai perkembangan cukup pesat terutama dalam bidang industri dan manufaktur. Perkembangan ini didukung dengan letaknya yang strategis. Selain ditunjang oleh industri rokok, perekonomian kota ini didukung oleh adanya industri jenang. Jenang adalah jenis makanan tradisional dari Kota Kudus, yang awalnya diproduksi secara home industry sejak satu abad yang lalu oleh para ibu-ibu sebagai penopang penghasilan keluarga dan dipasarkan secara langsung ke konsumen lokal di pasar-pasar tradisional. Saat ini, diperkirakan di Kota Kudus sudah terdapat 40 pengusaha jenang, dimana 85% termasuk skala mikro dan kecil, dan 15% termasuk skala menengah dan besar.

Jenang kudus termasuk kategori makanan semi basah, dibuat dari bahan baku utama yakni tepung ketan, gula kelapa, gula pasir dan santan kelapa. Pembuatan jenang dilakukan secara tradisional di atas tungku dengan pengapian kayu bakar.  Dahulu jenang menjadi suguhan saat hajatan dan hari besar, namun saat jenang menjadi kenikmatan segala musim. 

Jenang Kudus (sumber gambar: birohumas.jatengprov.go.id)

Ada banyak cerita yang berkembang terkait sejarah Jenang Kudus ini. Salah satunya adalah kisah Mbah Dempok Soponyono dengan cucunya. Suatu hari Mbah Dempok sedang bermain burung di tepi sungai dengan cucunya, tiba-tiba sang cucu tercebur dan hanyut terbawa arus sungai. Meskipun berhasil diselamatkan, namun si bocah tersebut ternyata diganggu oleh Banaspati, yaitu makhluk yang mendiami sungai yang memiliki rambut api. Ketika dikonsultasikan kepada Kanjeng Sunan Kudus, dikatakan bahwa cucu Mbah Dempok sudah meninggal dunia. Namun Syekh Jangkung atau dikenal dengan nama Saridin mengatakan bahwa anak tersebut masih hidup, dia hanya mati suri. Akhirnya Saridin meminta kepada ibu-ibu di Desa tersebut untuk membuatkan bubur dari gamping untuk membangunkan sang anak. Adapun gamping adalah salah satu hasil tambang yang sebagian besar mengandung kalsium karbonat, biasanya dicampur dengan semen untuk digunakan sebagai bahan pembuatan tembok. 
Sunan Kudus (sumber gambar: biografiku.com)
Singkat cerita, akhirnya daerah yang menjadi tempat hanyutnya cucu Mbah Dempok Soponyono tersebut disabda oleh Kanjeng Sunan Kudus menjadi sebuah desa yang sekarang dikenal dengan nama Desa Kaliputu. Kali dalam bahasa Jawa berarti sungai, dan Putu artinya adalah cucu. Karena sang cucu memakan bubur (Jenang) yang terbuat dari gamping, maka Desa Kaliputu disabda oleh Sunan Kudus, "Suk nek ono rejaning jaman wong Kaliputu uripe seko jenang",  yang artinya jika suatu kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang. Masyarakat di Desa Kaliputu pun percaya akan mendapatkan rezeki dari makanan yang bernama jenang tersebut.

Desa Kaliputu (sumber gambar: arumsekartaji.wordpress.com)

Salah satu industri yang memproduksi jenang Kudus adalah Mubarokfood Cipta Delicia. Industri ini mengeluarkan tiga merek jenang, yakni Mubarok, Mabrur, dan Viva. Dalam skripsi yang ditulis oleh Izdiyana Nihlal pada tahun 2011 dengan judul "Industri Jenang Mubarokfood Cipta Delicia dan Pengaruhnya terhadap Soial Ekonomi Masyarakat Glantengan, Kabupaten Kudus tahun 1975-1998" dijelaskan proses produksi Jenang Mubarok. Bahan utama yang digunakan adalah tepung ketan, ditambahkan dengan gula pasir, gula merah, vanili, wijen, kelapa, dan perisa. Proses pembuatan jenang Mubarok antara lain:
1. kelapa parutan ditambah air, kemudian diperas dan diambil santannya. 
2. santan dibagi menjadi dua bagian, yaitu untuk merebus gula dan untuk mengaduk gula.
3. gula pasir dan gula kelapa dimasukkan ke dalam wadah, dicampur rata dan ditambah dengan sebagian santan. Kemudian dimasak selama setengah jam. Selanjutnya disaring dua kali, dimasukkan lagi ke dalam wadah dan direbus kembali sambil diaduk terus menerus.
4. tepung beras ketan dan sisa santan dicampur rata lalu dimasukkan ke dalam rebusan gula, kemudian diaduk rata selama kurang lebih setengah jam
5. Natrium benzoat dilarutkan dalam air panas lalu dimasukkan ke dalam rebusan. Diaduk hingga tercampur rata,
6, wijen dimasukkan setelah kurang lebih 2.5 jam dari proses pemasakan
7. jenang dipibdahkan ke dalam loyang, tunggu hingga dingin
8. setelah jenang dingin, jenang dipotong-potong dan dilapisi plastik, kemudian ditimbang dan dikemas

Jenang Mubarok (sumber gambar: KSMtour.com)

Proses pembuatan jenang memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjamin kualitas dan ketahanannya. Jenang umumnya bisa bertahan tanpa berbau dan berjamur sampai satu bulan.

Nah, sudah tahu kan jenang itu apa? Untuk melengkapi informasi diatas, mari simak video dibawah ini.
Selamat berakhir pekan!


1 komentar:

Posting Komentar

 
;