Senin, 02 Mei 2016

Food Info #2 - Hubungan Obesitas dengan Penyakit Kardiovaskular



S

eiring berkembangnya zaman dan teknologi, pola hidup manusia kian berubah. Perubahan ini menyebabkan pula perubahan pola penyakit, dari penyakit infeksi ke penyakit-penyakit degeneratif, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah. Sistem kardiovaskular sendiri terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Sistem kardiovaskular dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye (Sanjoyo, 2005). Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan berakibat adanya kelainan pada sistem kardiovaskular. Menurut Badan WHO, 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (Supriyono, 2008). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga dari tahun 1975 hingga 1996 proporsi penyakit jantung meningkat hingga belasan persen. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah sebesar 26,4%. Faktor resiko penyakit jantung koroner ini sendiri terbagi menjadi dua kategori, yaitu nonmodifiable risk factors seperti usia dan jenis kelamin, dan modifiable risk factors seperti overweight dan obesitas (Supriyono, 2008).

Obesitas merupakan kunci penting terjadinya peningkatan proposi penyakit jantung koroner. Obesitas diartikan sebagai kondisi dimana terdapat lemak yang berlebihan di dalam tubuh manusia (Lin, W.Y., et al, 2002).  Obesitas adalah istilah yang digunakan untuk distribusi berat badan yang berlebih dari apa yang dikatakan sehat dalam ketentuan tertentu (Centers for Disease Control and Prevention, 2011). Menurut Novak (2005), obesitas berarti meningkatnya berat badan melebihi batas normal yang dapat ditampung oleh rangka tubuh akibat terdapatnya lemak berlebih dalam tubuh. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah banyak berpengaruh terhadap diri dan lingkungan dan memberikan dampak negatif dan positif bagi manusia. Saat ini banyak kegiatan manusia yang sudah digantikan oleh mesin-mesin canggih sehingga mobilitas gerak manusia dan tingkat kebugaran jasmani manusia menjadi menurun. Banyak makanan dan minuman cepat saji yang ditambahi pengawet dan pewarna buatan juga berdampak bagi kesehatan tubuh manusia. Selain itu, banyak keluarga saat ini yang kurang memperhatikan kesehatan dan kebugaran anak-anaknya. Mereka hanya berpikir apabila anak-anaknya sangat nafsu makan dan terpenuhi gizinya berarti tubuhnya sudah sehat. Kebanyakan orangtua tidak berpikir bahwa selain faktor genetika, penumpukan gizi di dalam tubuh dalam kurun waktu yang lama dan tidak diimbangi dengan aktivitas jasmani juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Insidensi kejadian obesitas telah mencapai batas yang tinggi. Sebanyak 2,6 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat berat badan yang berlebih atau mengalami obesitas (WHO, 2010). Obesitas sudah menjadi sebuah epidemic di negara maju. Biasanya ukuran objektif obesitas dinilai dari nilai Indeks Masa Tubuh (IMT), dimana ukuran internasional untuk obesitas adalah IMT ≥ 30 kg/m2, sedangkan untuk ukuran orang Asia obesitas adalah nilai IMT ≥25 kg/m2.

Obesitas memiliki hubungan yang erat dengan tingginya kejadian penyakit kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan kadar trigliserid yang buruk untuk kesehatan jantung dan menurunkan kadar high density lipoprotein (HDL) yang bersifat kardioprotektif. Obesitas dapat meningkatkan gangguan fungsi organ jantung melalui beberapa mekanisme yang mempengaruhi: (1) peningkatan beban kerja organ jantung, (2) penimbunan lemak di organ jantung, (3) penimbunan lemak di sekitar pembuluh darah, (4) memicu tekanan darah tinggi, (5) kardiomiopati, (6) peningkatan radikal bebas dan peradangan pembuluh darah jantung, dan (7) gangguan metabolisme lemak (AHA, 2007). Obesitas dikatakan meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas, termasuk terjadinya penyakit kardiovaskular, diabetes, dan sebagainya. Sebagai contoh, penyakit kardiovaskular mempunyai mortalitas sebanyak tiga kali lipat lebih tinggi dalam kalangan wanita dan pria yang mengalami obesitas dan  sebanyak 21 hingga 28% dari mortalitas penyakit kardiovaskular dapat disebabkan karena mempunyai berat badan yang berlebihan (Lin, W. Y., et al., 2002).  

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di Indonesia maupun di Dunia. Dampak penyakit kardiovaskular bagi masyarakat pun sangat besar, dari segi ekonomi pendapatan keluarga berkurang karena penderita pada umumnya masih dalam kategori usia produktif dan biaya kesehatan yang dikeluarkan pada saat dan setelah sakit juga sangat besar. Dari segi sosial, anggota keluarga yang menderita penyakit ini biasanya tidak mampu secara mandiri dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya sehingga menjadi beban bagi orang disekelilingnya (Wahyuniari, Ika., dkk., 2012). Pencegahan terhadap penyakit kardiovaskular dibagi menjadi 2 bagian, yaitu primer dan sekunder. Pencegahan primer penyakit kardiovaskular antara lain Pemeriksaan factor risiko, dan esimasi factor risiko secara umum. Pemeriksaan harus dimulai sejak umur 20 tahun. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner harus secara rutin dipantau, merokok, program diet, alkohol, dan aktivitas fisik harus dievaluasi secara berkala, tekanan darah, indeks masa tubuh (IMT), dan lingkar pinggang harus diperiksa selang 2 tahun, pemeriksaan kolesterol dan kadar gula darah harus tetap dipantau juga. Estimasi secara umum antara lain faktor risiko seperti merokok, tekanan darah, pemeriksaan kolesterol, kadar gula darah, usia, jenis kelamin, dan diabetes. Pencegahan sekunder menurut ACC/AHA 2006 seperti berhenti merokok total, mengontrol tekanan darah, pengelolaan lipid, mengatur berat badan.  
 

Referensi:

American Heart Association (AHA). 2007. Scientific Position, Risk factors and coronary heart disease, AHA Scientific Position, November 24th, 2007, 1-3.

Centers for Disease Control and Prevention. 2011. Obesity. Centers for Disease Control and Prevention.

Lin, W. Y., et al. 2002. Optimal Cut-off Values For Obesity; Using Simple Anthropoetric Indices to Predict Cardiovascular Risk Factors in Taiwan, International Journal of Obesity. 26, No 9 :1232-1238.

Majid, abdul. 2007. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan Terkini. Dilihat secara online pada 6 September 2014. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Novak, P.D. 2005. Dorland Pocket Medical Dictionary. 27th ed. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier.

Sanjoyo. 2005. Tugas Biomedik Farmakologi: Sistem Kardiovaskuler. Dilihat secara online pada 6 September 2014. http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/farmakologi.pdf. Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Supriyono, Mamat. 2008. Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok Usia ≤ 45 Tahun (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi dan RS. Telogorejo Semarang). Dilihat secara online pada 6 September 2014. http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_SUPRIYONO.pdf. Universitas Diponegoro: Semarang.

Thiruchelvam, Tharmanthiran. 2011. Hubungan Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Laki-laki. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan.

Wahyuniari, Ika., dkk. 2012. Deteksi Dini dan Penanganan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Penduduk Usia 45 Tahun ke Atas di Desa Pegayaman Buleleng. Dilihat secara online pada 6 September 2014. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/viewFile/2071/1261. Udayana Mengabdi 9 (2): 72.74. ISSN: 1412-0925. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana: Bali.

World Health Organization. 2010. 10 Facts on Obesity. World Health Organization.

 

 

 

 

 

 

2 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Miliana mengatakan...

terimakasih sudah berbagi yah kak

stamp alfamart

Posting Komentar

 
;