sumber: healinggourmet.com |
MSG atau Monosodium Glutamat adalah
bentuk garam dari asam glutamat, dimana asam glutamat ini merupakan asam amino
non essensial yang menjadi bahan baku sintesis asam amino lain dan sebagai substrat
sintesis glutation. MSG pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia dari
Jepang, yakni Ikeda Kikunae, pada tahun 1908. Ikeda menamai rasa dari MSG ini
dengan sebutan ‘umami’, yang dalam bahasa Jepang berarti enak, gurih, lezat. Karena
rasa lezat dari pemberian MSG pada makanan tidak dapat diciptakan oleh bahan
lain, MSG mendapat julukan The Sixth Flavor (Freeman, 2006) . MSG pertama kali
diisolasi dalam bentuk kristal dari ganggang laut (Laminaria japonica) dan diidentifikasi sebagai asam glutamat yang
dapat menciptakan dan meningkatkan rasa lezat pada makanan (Linderman, et al., 2002) .
Monosodium Glutamat (MSG) merupakan
garam sodium dari asam glutamat yang dapat meningkatkan rasa pada makanan
dengan mengaktifkan reseptor umami yang terdapat pada taste buds (Nisa, 2008) . Secara umum,
MSG terbagi dalam dua kelompok, yakni MSG secara alamiah dan buatan. MSG
terkandung secara alamiah di susu dengan kadar yang tinggi, diikuti dengan
telur, daging, ikan, ayam, kentang, jagung, tomat, brokoli, jamur, anggur,
kecap, saus dan keju (Ardyanto, 2004) .
MSG banyak menimbulkan kontroversi
baik bagi produsen maupun konsumen pangan, karena sebagian dari masyarakat
percaya konsumsi MSG akan menyebabkan reaksi alergi. Jurnal Nutritional Sciences tahun 2000 melaporkan, kadar asam
glutamat dalam darah manusia mulai meningkat setelah konsumsi MSG 30 mg/kg
berat badan/hari. Bila masih dalam batas terkendali, peningkatan kadar ini akan
menurun kembali ke kadar normal dalam 3 jam. Peningkatan yang signifikan baru
mulai terjadi ketika konsumsi MSG 150 mg/kg berat badan/hari. Efek ini makin
kuat apabila konsumsi MSG ini bersifat jangka pendek dan dalam dosis tinggi. Juga
ternyata MSG lebih mudah menimbulkan efek bila tersaji dalam bentuk makanan
berkuah (Walker & Lupien, 2000) .
sumber: wiki-fitness.com |
Laporan masyarakat ke Food Drug Administration (FDA), 2% dari
seluruh konsumen MSG mengalami masalah kesehatan, sehingga WHO menetapkan Acceptance Daily Intake untuk manusia
sebesar 120 mg/kg. Menurut WHO, batas aman konsumsi MSG bagi orang dewasa
adalah 0-120 mg per kg berat badan atau sekitar dua sendok the untuk orang
dengan berat badan 50 kg. WHO tidak merekomendasikan bayi di bawah umur 12
minggu untuk mengkonsumsi MSG. Laporan FASEB menyebutkan, secara umum MSG aman
dikonsumsi. Namun memang ada dua kelompok yang menunjukkan reaksi yang berbeda
terkait konsumsi MSG, yakni (1) kelompok orang yang sensitif terhadap MSG dan
akhirnya muncul gejala yang disebut dengan MSG Complex Syndrome yang mirip dengan Chinese Restaurant Syndrome, dan (2) kelompok orang penderita asma,
dimana mereka mengeluh penyakitnya kambuh setelah konsumsi MSG. Munculnya
keluhan di kedua kelompok ini setelah mengkonsumsi MSG sekitar 0.5-2.5 gram (Widyalita, et al., 2014) .
Khusus pada organ hepar, banyak
laporan menunjukkan MSG berefek toksik. Dalam suatu penelitian, pemberian MSG
pada dosis 16 g/kg berat badan pada tikus dewasa selama 14 hari dapat
menghambat perkembangan sel-sel hati. Pada dosis 32 g/kg berat badan selama 14
hari dapat merangsang efek parasimpatik dan menyebabkan dilatasi vena sentral,
lisis eritrosit, dan kerusakan hepatosis secara akut. Hasil-hasil ini
menunjukkan bahwa konsumsi MSG dengan kadar yang tinggi dapat menyebabkan
injuri hati. Namun pemberian vitamin C secara oral telah dilaporkan dapat
memulihkan efek senyawa radikal bebas, dan suplemen vitamin C dapat membantu
mengurangi efek samping dari MSG. suatu studi yang dipublikasikan dalam Experimental and Toxicologic Pathology menunjukkan
bahwa konsumsi vitamin C dapat menurunkan injuri hati yang disebabkan leh MSG (Ayman, 2012) .
Meskipun saat ini sudah ada aturan
wajib menyebutkan kandungan MSG pada label produk pangan, namun masih banyak
oknum-oknum yang tidak mencantumkannya. Sehingga masyarakat harus pintar
memiliih produk-produk pangan yang benar-benar sehat, terutama ketika diberikan
kepada anak dan bayi.
Referensi:
Ardyanto,
T. D., 2004. MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek dan Kontroversinya, Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Ayman,
E. e. a., 2012. The Effect of Vitamin C Administration on Monosodium
Glutamate Induced Live Injury. An Experimental Study. Journal of the
Gesellschaft fur Toxikologische Pathologie , 65(5).
Freeman,
M., 2006. Reconsidering the Effects of Monosodium Glutamate: A Literature
Reviw. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 18(10),
pp. 482-486.
Linderman,
B., Ogiwara, Y. & al, e., 2002. The Discovery of Umami, Chemical
senses, German: Faculty of Medical Saarland University.
Nisa,
K., 2008. Mekanisme Peningkatan Sensitivitas Indera Pengecap Umami akibat
Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) pada Usia Lanjut (Studi Pustaka), Surabaya:
Universitas Airlangga.
Walker,
R. & Lupien, J., 2000. The Safety Evaluation of Monosodium Glutamate. J.
Nutr., pp. 1049-1052.
Widyalita,
E., Sirajuddin, S. & Z., 2014. Analisis Kandungan Monosodium Glutamat
(MSG) pada Pangan Jajanan Anak di SD Komp. Lariangbangi Makassar, Makassar:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Hasanuddin.
1 komentar:
terimakasih infonya yah sangat bermanfaat sekali
beli e toll di alfamart
Posting Komentar