Selasa, 10 Mei 2016

Food Info #3 - Monosodium Glutamat dan Efeknya terhadap Kesehatan


sumber: healinggourmet.com


MSG atau Monosodium Glutamat adalah bentuk garam dari asam glutamat, dimana asam glutamat ini merupakan asam amino non essensial yang menjadi bahan baku sintesis asam amino lain dan sebagai substrat sintesis glutation. MSG pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia dari Jepang, yakni Ikeda Kikunae, pada tahun 1908. Ikeda menamai rasa dari MSG ini dengan sebutan ‘umami’, yang dalam bahasa Jepang berarti enak, gurih, lezat. Karena rasa lezat dari pemberian MSG pada makanan tidak dapat diciptakan oleh bahan lain, MSG mendapat julukan The Sixth Flavor (Freeman, 2006). MSG pertama kali diisolasi dalam bentuk kristal dari ganggang laut (Laminaria japonica) dan diidentifikasi sebagai asam glutamat yang dapat menciptakan dan meningkatkan rasa lezat pada makanan (Linderman, et al., 2002).

Monosodium Glutamat (MSG) merupakan garam sodium dari asam glutamat yang dapat meningkatkan rasa pada makanan dengan mengaktifkan reseptor umami yang terdapat pada taste buds (Nisa, 2008). Secara umum, MSG terbagi dalam dua kelompok, yakni MSG secara alamiah dan buatan. MSG terkandung secara alamiah di susu dengan kadar yang tinggi, diikuti dengan telur, daging, ikan, ayam, kentang, jagung, tomat, brokoli, jamur, anggur, kecap, saus dan keju (Ardyanto, 2004).

MSG banyak menimbulkan kontroversi baik bagi produsen maupun konsumen pangan, karena sebagian dari masyarakat percaya konsumsi MSG akan menyebabkan reaksi alergi. Jurnal Nutritional Sciences tahun 2000 melaporkan, kadar asam glutamat dalam darah manusia mulai meningkat setelah konsumsi MSG 30 mg/kg berat badan/hari. Bila masih dalam batas terkendali, peningkatan kadar ini akan menurun kembali ke kadar normal dalam 3 jam. Peningkatan yang signifikan baru mulai terjadi ketika konsumsi MSG 150 mg/kg berat badan/hari. Efek ini makin kuat apabila konsumsi MSG ini bersifat jangka pendek dan dalam dosis tinggi. Juga ternyata MSG lebih mudah menimbulkan efek bila tersaji dalam bentuk makanan berkuah (Walker & Lupien, 2000).
 
sumber: wiki-fitness.com
 

Laporan masyarakat ke Food Drug Administration (FDA), 2% dari seluruh konsumen MSG mengalami masalah kesehatan, sehingga WHO menetapkan Acceptance Daily Intake untuk manusia sebesar 120 mg/kg. Menurut WHO, batas aman konsumsi MSG bagi orang dewasa adalah 0-120 mg per kg berat badan atau sekitar dua sendok the untuk orang dengan berat badan 50 kg. WHO tidak merekomendasikan bayi di bawah umur 12 minggu untuk mengkonsumsi MSG. Laporan FASEB menyebutkan, secara umum MSG aman dikonsumsi. Namun memang ada dua kelompok yang menunjukkan reaksi yang berbeda terkait konsumsi MSG, yakni (1) kelompok orang yang sensitif terhadap MSG dan akhirnya muncul gejala yang disebut dengan MSG Complex Syndrome yang mirip dengan Chinese Restaurant Syndrome, dan (2) kelompok orang penderita asma, dimana mereka mengeluh penyakitnya kambuh setelah konsumsi MSG. Munculnya keluhan di kedua kelompok ini setelah mengkonsumsi MSG sekitar 0.5-2.5 gram (Widyalita, et al., 2014).

            Khusus pada organ hepar, banyak laporan menunjukkan MSG berefek toksik. Dalam suatu penelitian, pemberian MSG pada dosis 16 g/kg berat badan pada tikus dewasa selama 14 hari dapat menghambat perkembangan sel-sel hati. Pada dosis 32 g/kg berat badan selama 14 hari dapat merangsang efek parasimpatik dan menyebabkan dilatasi vena sentral, lisis eritrosit, dan kerusakan hepatosis secara akut. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi MSG dengan kadar yang tinggi dapat menyebabkan injuri hati. Namun pemberian vitamin C secara oral telah dilaporkan dapat memulihkan efek senyawa radikal bebas, dan suplemen vitamin C dapat membantu mengurangi efek samping dari MSG. suatu studi yang dipublikasikan dalam Experimental and Toxicologic Pathology menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C dapat menurunkan injuri hati yang disebabkan leh MSG (Ayman, 2012).

            Meskipun saat ini sudah ada aturan wajib menyebutkan kandungan MSG pada label produk pangan, namun masih banyak oknum-oknum yang tidak mencantumkannya. Sehingga masyarakat harus pintar memiliih produk-produk pangan yang benar-benar sehat, terutama ketika diberikan kepada anak dan bayi.


Referensi:



Ardyanto, T. D., 2004. MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek dan Kontroversinya, Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Ayman, E. e. a., 2012. The Effect of Vitamin C Administration on Monosodium Glutamate Induced Live Injury. An Experimental Study. Journal of the Gesellschaft fur Toxikologische Pathologie , 65(5).

Freeman, M., 2006. Reconsidering the Effects of Monosodium Glutamate: A Literature Reviw. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 18(10), pp. 482-486.

Linderman, B., Ogiwara, Y. & al, e., 2002. The Discovery of Umami, Chemical senses, German: Faculty of Medical Saarland University.

Nisa, K., 2008. Mekanisme Peningkatan Sensitivitas Indera Pengecap Umami akibat Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) pada Usia Lanjut (Studi Pustaka), Surabaya: Universitas Airlangga.

Walker, R. & Lupien, J., 2000. The Safety Evaluation of Monosodium Glutamate. J. Nutr., pp. 1049-1052.

Widyalita, E., Sirajuddin, S. & Z., 2014. Analisis Kandungan Monosodium Glutamat (MSG) pada Pangan Jajanan Anak di SD Komp. Lariangbangi Makassar, Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Hasanuddin.

 


1 komentar:

Miliana mengatakan...

terimakasih infonya yah sangat bermanfaat sekali

beli e toll di alfamart

Posting Komentar

 
;